Rekomendasi

ads header

Baru

Agama Abrahamik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Agama Abrahamik

Introduksi[sunting | sunting sumber]

Dalam ilmu perbandingan agama, agama Abrahamik (yang sering pula disebut sebagai agama samawi atau agama Ibrahimiyyah) adalah setiap agama yang muncul dari suatu tradisi Semit kuno bersama dan yang ditelusuri oleh para pemeluknya kepada Abraham atau Ibrahim ("Bapak/Pemimpin banyak orang" Bahasa Ibrani אַבְרָהָם ("Avraham") Bahasa Arab ابراهيم ("Ibrahim"), seorang leluhur yang kisah hidupnya diceritakan di dalam Alkitab Ibrani/Perjanjian Lama, dan sebagai seorang nabi Kristen di dalam Injil dan juga disebut nabi dalam Kitab Kejadian 20:7.

Agama ini merupakan kelompok besar dari agama-agama monoteistik, termasuk Kristen, Islam. Agama-agama Abrahamik mewakili lebih dari setengah [1] dari seluruh pemeluk agama di dunia. Namun demikian, banyak dari para pemeluk agama ini yang menolak pengelompokan agama atau kepercayaan mereka seperti ini dengan alasan bahwa agama mereka pada intinya dan dasarnya mengandung gagasan-gagasan yang berbeda atau bahkan berlawanan dengan gagasan-gagasan agama yang lainnya mengenai Abraham dan Tuhan atau Allah. 

Menurut tradisi Yahudi, Abraham adalah orang pertama dari masa pasca air bah yang menolak penyembahan berhala melalui analisis yang rasional (Sem dan Eber melanjutkan tradisi dari Nuh), dan karena itu ia secara simbolis muncul sebagai tokoh fundamental untuk agama monoteistik. Dalam pengertian ini, agama Abrahamik dapat disebut secara sederhana sebagai agama monoteistik, tetapi tidak semua agama monoteistik tergolong agama Abrahamik. Dalam Islam ia dianggap sebagai pemeluk monoteis yang pertama di dunia, ketika monoteisme telah lenyap (Abraham adalah nabi yang berada dalam rangkaian nabi-nabi, mulai dari Adam) dan karenanya sering dirujuk sebagai Ibrahim al-Hanif atau Abraham sang Monoteis.

Istilah monoteisme padang pasir kadang-kadang digunakan untuk maksud perbandingan serupa dalam konteks historis, tetapi bukan untuk agama-agama modern, dan sekarang istilah ini dianggap menghina.

Saat ini di dunia diperkirakan ada sekitar 3,7 miliar orang pemeluk agama Abrahamik.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Samawi sebagai kata adjektif maknanya adalah 'berhubungan dengan langit', jika ditambahkan dengan kata agama sebelum kalimat tersebut, menjadi agama samawi maka memiliki arti agama (dari) langit. Karena para pengikutnya meyakini agama samawi ini dibangun berdasarkan wahyu Allah melalui perantara malaikatkepada para nabi dan rasul yang kemudian disampaikan kepada umat manusia sebagai panduan jalan hidup.
Beberapa pendapat menyimpulkan bahwa suatu agama disebut agama Samawi jika:
  • Mempunyai definisi Tuhan yang jelas
  • Mempunyai penyampai risalah (Nabi/Rasul)
  • Mempunyai kumpulan wahyu dari Tuhan yang berbentuk lembaran yang ditulis pada kulit hewan, dedaunan, lempengan batu yang diukir dan kitab suci
Di dunia ini agama-agama besar yang dianggap agama samawi diantaranya Yahudi, Kristen, Islam. Kebalikan dari agama samawi adalah Agama Ardhi. Baha'i juga sering dianggap sebagai agama Abrahamik.

Pengantar[sunting | sunting sumber]

Di dalam Torah dan Al Qur'an, Abraham digambarkan sebagai seorang leluhur yang diberkati oleh Allah (orang-orang Yahudi menyebutnya "Bapa kami Abraham"), dan dijanjikan banyak hal yang besar. Orang Yahudi, Kristen, dan Islam menganggapnya sebagai bapak bangsa Israel melalui anaknya Ishak; Orang Muslim juga menganggapnya sebagai bapak bangsa Arab melalui anaknya Ismail. Dalam keyakinan Kristen, Abraham adalah teladan bagi iman, dan niatnya untuk taat kepada Allah dengan mempersembahkan Ishak dipandang sebagai pendahulu atau bayang-bayang dari persembahan oleh Allah sendiri atas Anak-Nya, Yesus.
Dalam syariat Islam dikisahkan bahwa yang dijadikan qurban adalah Ismail dan bukan Ishak, Ibrahim taat kepada Allah dengan mempersembahkan Ismail dan dianggap sebagai salah satu nabi terpenting yang diutus oleh Allah. Dalam Al-Qur'an, Ibrahim disebutkan bukan penganut Yudaisme dan bukan pula seorang penganut Nasrani, tetapi dia memiliki kepercayaan terhadap Allah yang disebut Millah Ibrahim atau al-Hanafiyyah (Agama Hanif).[2] Dalam Al-Qur'an, disebutkan Nabi Ibrahim memiliki lembaran-lembaran suci yang disebut sebagai suhuf.

Tinjauan umum[sunting | sunting sumber]

Semua agama Abrahamik berkaitan (atau bahkan berasal dari) Yudaisme sebagaimana yang dipraktikkan di kerajaan Israel dan Yehuda kuno sebelum pembuangan ke Babel, pada awal milennium pertama SM. Banyak orang percaya bahwa Yudaisme di Israel kuno pada zaman Alkitab diperbarui pada abad ke-6 SM oleh Ezra dan oleh para imam lainnya yang kembali ke Israel dari pembuangan.
Meskipun menerima orang-orang yang pindah menjadi pemeluknya, Yudaisme tidak menganjurkannya, dan karena itu tidak mempunyai misionaris. Yudaisme menyatakan bahwa orang-orang non-Yahudi dapat hidup benar dengan mengikuti Hukum Nuh, yaitu tujuh perintah universal yang diharapkan diikuti oleh orang-orang non-Yahudi. Dalam konteks ini Rambam (Rabi Moses Maimonides, salah seorang guru Yahudi penting) berkomentar, "Mengutip dari para bijak kita, orang-orang yang benar dari bangsa-bangsa lain mempunyai tempat di dunia yang akan datang, bila mereka telah menemukan apa yang seharusnya mereka pelajari tentang Sang Pencipta." Karena perintah-perintah yang dapat diterapkan kepada orang-orang Yahudi jauh lebih terinci dan berat daripada hokum-hukum Nuh, para sarjana Yahudi biasanya mengatakan bahwa lebih baik menjadi seorang non-Yahudi yang baik daripada seorang Yahudi yang tidak baik, karenanya mereka tidak menganjurkan perpindahan agama. Yang umumnya terjadi, orang-orang yang berpindah ke Yudaisme adalah mereka yang menikah dengan orang Yahudi; diAmerika Serikat, jumlah orang-orang ini diperkirakan mencapai 10.000-15.000 setiap tahunnya. Lihat pula Perpindahan ke Yudaisme.
Agama Baha'i memberikan tekanan khusus untuk tidak melakukan proselitisme. Malah hal ini dilarang. Orang-orang Baha'i memang menerima orang-orang yang pindah dari latar belakang segala agama dan etnis dan secara aktif mendukung orang-orang yang secara pribadi melakukan penelaahan tentang kepercayaan ini. Umat Baha'i mempunyai “perintis-perintis” dan “guru-guru keliling” khusus yang pindah ke wilayah-wilayah yang komunitas Baha'inya kecil untuk menolong memperkuat dan memperluasnya.. Para pemeluk agama lain sangat dihormati dan dalam banyak hal dipandang sebagai orang-orang yang secara spiritual atau rohani sejajar. Sementara umat Baha'is memandang hukum-hukum dan wahyu Baha'i unik, mereka tidak menghalangi para pemeluk agama lain dalam upaya spiritual mereka. Mereka juga menjadi pemimpin dalam berbagai upaya antar-iman.

Nabi Ibrahim menjadi Imam bagi seluruh Manusia[sunting | sunting sumber]

Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “ Dan saya mohon juga dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim.(Al Qur'an Surah 2:124)
Bandingkan dengan konsep dalam Kitab Perjanjian Lama orang Kristen yang menyebut bahwa Abraham akan membuat semua manusia diberkati karena keturunannya. Walau demikian umat Kristen dalam Kitab Perjanjian Baru juga mengakui bahwa "Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati" (Yakobus 2:14-26). Jika dibaca keseluruhan teks tersebut, Kristen dan Islam memiliki pandangan yang mirip mengenai firman Allah kepada Ibrahim bahwa janji Allah tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim.

Tidak ada komentar