Mahkluk Ciptaan Allah Menurut Al-Quran
Alam semesta demikian besamya. Siapakah yang menghuni? Apakah hanya manusia saja. Ataukah ada makhluk lain. Sampai sekarang ilmu Astrobiologi belum menemukan data-data yang signifikan. Semuanya, baru pada tingkat dugaan dan asumsi-asumsi. Karena itu, agaknya kita belum bisa bersandar pada data data empirik untuk membahas tentang penghuni alam semesta ini. Meskipun, baru baru ini NASA telah memperoleh data adanya air di Mars lewat pesawat tidak berawaknya. Akan tetapi semua itu masih jauh dari memadai untuk mengatakan di sana ada kehidupan.
Untuk itu, akan lebih baik jika kita mendasarkan pembahasan kita pada informasi dari Al Quran. Di dalam Al Quran, makhluk ciptaan Allah disebut hanya ada 6 macam, yang 3 berakal, dan 3 lainnya tidak yaitu: malaikat, jin, manusia, binatang, tanaman, dan benda-benda mati.
Makhluk Pertama: Malaikat
Malaikat adalah makhluk yang diciptakan Allah khusus untuk 'membantu' Allah mengurus alam semesta ciptaanNya. Bukan berarti Allah 'kewalahan' dalam mengurus alam semesta ini dan kemudian butuh bantuan malaikat. Allah berfirman bahwa Dia selalu dalam kesibukan mengurusi alam semesta.
“Semua yang ada di langit dan di Bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (QS. Ar Rahman: 29)
Pada hakikatnya, yang sibuk mengurusi alam semesta adalah Allah semata. Karena, toh malaikat adalah ciptaan Allah. Akan tetapi Allah membuat sebuah mekanisnne yang memang melibatkan malaikat dalam interaksiNya dengan makhluk-makhluk yang lain terutama manusia hal ini, misalnya, terlihat dari firmanNya berikut ini.
“Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana." (QS. Asy Syuraa: 51)
Bukan karena Allah tidak mampu berkomunikasi dengan makhluk ciptaanNya, justru sebaliknya, badan manusia terlalu ringkih untuk bisa berkomunikasi dengan Allah. Jangankan 'berhadapan' dengan Allah, berdekatan dengan Matahari saja badan manusia pasti hancur. Demikian pula pancaindera kita, terlalu lemah untuk untuk bisa berkomunikasi dengan Dzat Yang Maha Agung itu. Maka, ada mekanisme tertentu untuk bisa berkomunikasi denganNya. Nah, di antaranya adalah dengan melewati malaikat.
Malaikat adalah makhluk Allah yang badannya terbuat dari cahaya. Badan cahaya itu lantas diberi Ruh oleh Allah. Maka jadilah makhluk malaikat.
Karena badannya terbuat dari cahaya, maka badan malaikat itu memiliki berbagai keunggulan, jauh di atas manusia atau makhluk Al lah lainnya. Bobotnya sangat ringan. Karena itu kecepatannya sangat tinggi. Bahkan tertinggi di alam semesta.
Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik. Karena itu, malaikat juga bisa bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi itu. Jika mau, malaikat bisa bergerak mengelilingi Bumi sebanyak 8 kali hanya dalam waktu 1 detik.
Dengan kecepatan setinggi itu, malaikat lantas memiliki berbagai kelebihan. Di antaranya, malaikat memiliki waktu yang sangat panjang dibandingkan dengan waktu manusia. Terjadilah relatifitas waktu, sebagaimana diinformasikan Allah dalam ayat berikut ini.
“Naik malaikat dan ruh kepadaNya dalam waktu sehari yang kadarnya 50.000 tahun.” (QS. Al Ma’arij: 4)
Secara eksplisit Allah menginformasikan kepada kita bahwa sehari bagi malaikat adalah seperti 50.000 tahun bagi manusia. Kenapa bisa demikian? Karena malaikat memiliki kecepatan yang sangat tinggi. Ilmu Fisika Modern menjelaskan, bahwa bagi makhluk yang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, maka waktu akan bergerak lamban baginya.
Malaikat sebagai utusanNya diberi kecepatan yang tertinggi di alam semesta agar bisa menyelesaikan berbagai tugasnya dengan mudah. Dengan demikian, tugas yang sangat beragam itu bisa, diselesakan dengan baik. Termasuk mendampingi orang-orang yang beriman dalam menghadapi berbagai persoalannya.
Kecepatan malaikat yang demikian tinggi itu bukan hanya berpengaruh pada cepatnya gerakan saja, melainkan juga berpengaruh pada panjang pendeknya waktu, sehingga terjadilah relatifitas waktu.
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (sambil mengatakan): janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan Surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (QS. Fushilat: 30)
Berbagai kelebihan tersebut membawa konsekuensi yang luas pada hubungan kita dengan malaikat. Misalnya, jika malaikat mau mengurus kita, katakanlah mencatat perbuatan manusia, mereka hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat Anggaplah malaikat sedang mengamati perbuatan kita selama beberapa menit. Sebenamya waktu manusia sudah berjalan bertahun tahun.
Sehingga peradaban manusia modern yang diperkirakan berusia 50.000 tahun sejak penciptaan Adam itu, bagi malaikat baru terjadi sehari yang lalu, alias kemarin. Atau, katakanlah usia alam semesta yang diperkirakan 12 miliar tahun ini, bagi malaikat baru berusia 240.000 hari alias sekitar 660 tahun saja.
Maka jangan heran jika di Al Qur’an terdapat banyak informasi tentang relatifitas waktu itu. Misalnya Allah mengatakan bahwa sehari pada hari kiamat memiliki kadar 1000 tahun, seperti firman berikut ini.
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali. kali tidak akan menyalahi janji Nya Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS Al-Hajj: 47)
Contoh yang lain, ada manusia yang pada hari kiamat itu ditanya oleh Allah tentang lamanya dia tinggal di Bumi. Mereka mengatakan bahwa mereka tinggal di Bumi itu hanya sekitar satu hari saja. Akan tetapi, orang yang lain ada yang menjawabnya 10 hari.
"Mereka berbisik bisik di antara mereka: kami tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sepuluh (hari). "Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sehari saja." (QS. Thahaa: 103-104)
Dengan adanya relatifitas waktu tersebut, maka kita bisa memahami firman Allah yang mengatakan bahwa kiamat sudah dekat. Sudah kelihatan tanda-tandanya. Akan tetapi, sampai sekarang belum juga terjadi. Padahal sejak zaman nabi Muhammad sampai sekarang, waktu manusia sudah berjalan hampir 1500 tahun.
Di'sisi', Allah waktu berjalan sangat lambat. (Tetapi Allah tidak terikat dimensi waktu. Justru 'waktu' yang berada di dalam Allah). Karena itu, meskipun waktu alam semesta di mata manusia sudah berjalan sekitar 12 miliar tahun, Allah mengatakan bahwa proses penciptaan alam semesta ini di sisi Allah hanya butuh waktu 6 hari! Jadi setiap tahap penciptaan alam semesta hanya butuh waktu penciptaan Masing-masing 1 hari saja. Dan sampai sekarang proses tersebut belum berhenti.
Kembali kepada malaikat. Malaikat adalah makhluk cahaya yang didesain memiliki berbagai kelebihan oleh Allah. Mereka bisa bergerak ke mana saja di alam semesta ini, sebagaimana digambarkan dalam QS Al Ma'arij: 4 tersebut di atas. Perjalanan malaikat dari Bumi menuju langit, misalnya, digambarkan hanya ditempuhnya dalam waktu sehari saja. Padahal manusia menempuhnya dalam waktu 50.000 tahun.
Bahkan bukan hanya perjalanan fisik di langit dunia, tetapi malaikat juga memiliki kelebihan untuk bisa menembus dimensi dimensi langit pertama sampai dengan langit ke tujuh. Malaikat adalah makhluk dari langit ketujuh, yang berdimensi 9
Tugas malaikat beragam. Mulai dari menyampaikan wahyu kepada para nabi, 'mencatat' perbuatan manusia, menyampaikan rezeki, sampai kepada penjaga Surga dan Neraka. Semua itu dilakukan malaikat persis sesuai perintah Allah. Malaikat tidak pernah membangkang terhadap perintah Allah. Setiap saat mereka selalu bertasbih memuji kebesaran Allah.
"Dan kepunyaanNyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat malaikat yang di sisiNya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembahNya, dan tiada merasa letih. "Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya." (QS. Al Anbiyaa': 19-20)
"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan Bumi yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang bersayap dua-dua, tiga-tiga, empat empat. Allah menambah apa yang Dia kehendaki tentang ciptaanNya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Faathir: 1)
Makhluk Kedua: Jin
Jin adalah makhluk Allah yang diciptakan sesudah malaikat. Jika malaikat berbadan cahaya, maka badan Jin dibuat Allah dari nyala api yang sangat panas, lantas ditiupkan RuhNya.
“Dan jin Kami ciptakan sebelum (Adam) darid api yang sangat panas.” (QS. Al Hijr: 27)
** Jika ingin memahami kehidupan Jin lebih jauh, bacalah QS Jin: 1-28. Di sana Allah menggambarkan tentang kehidupan masyarakat jin.
Dengan kata lain, badan jin terbuat dari gelombang panas. Namun ia memiliki kualitas dan tingkat energi yang lebih rendah dibandingkan malaikat. Badan malaikat sangat ringan, sehingga bisa melesat dengan kecepatan yang sangat tinggi, tetapi jin memiliki badan yang lebih berat dan lebih lamban.
Namun karena dia berbadan gelombang panas, maka tetap memiliki berbagai kelebihan. Di antaranya, dia bisa merambat di berbagai jenis benda. Atau juga bisa melentur menembus benda. Jin memiliki kecepatan yang 10 kali kecepatan manusia, tetapi jauh di bawah kecepatan malaikat.
Dan yang paling membedakan antara jin dan malaikat adalah dimensinya. Malaikat adalah makhluk berdimensi 9 yang hidup di langit ke tujuh, sedangkan jin adalah makhluk berdimensi 4 yang hidup di langit kedua. Malaikat bisa masuk menjelajah alam jin, tetapi sebaliknya jin tidak bisa memasuki dunia malaikat. Karena itu, Al Qur'an menggambarkan, kadang kadang jin mencoba mengintip dan mencuri dengar informasi dari alam malaikat, sebagaimana ayat berikut ini.
" .. akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang." (QS Ash Shaaffaat: 10)
Berbeda dengan malaikat yang selalu taat, jin diciptakan untuk bisa membangkang terhadap perintah Allah. Mereka adalah makhluk yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban sebagai hamba Allah. Maka jin ada yang jahat dan ada yang baik. Ada yang kafir dan ada salih. Ada yang masuk Surga dan ada yang masuk Neraka. Jin yang jahat disebut setan. Dan kakek buyut dari setan adalah Iblis.
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka Jin mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim." (QS Al Kahfi: 50)
Bangsa jin diciptakan lebih dulu daripada manusia. Ada yang mengatakan sekitar 5.000 tahun sebelum manusia. Karena itu, ketika manusia diciptakan oleh Allah, bangsa Jin sudah demikian maju dalam peradabannya. Mereka memang memiliki peradaban seperti manusia. Mereka hidup bersosial politik, Mereka juga hidup berkeluarga. Mereka pun memilki agama-agama. Dan seterusnya.
Maka, ketika manusia pertama diciptakan oleh Allah, banyak kalangan bangsa jin yang cemburu. Di antaranya yang paling vokal adalah Iblis. Dia menentang kehendak Allah, hanya dikarenakan cemburu kepada Adam yang dipilih sebagai khalifah di muka Bumi.
Iblis merasa dirinya lebih hebat dibandingkan Adam. Dia lebih dulu diciptakan. Dia juga bisa melihat manusia. dari alam yang tidak bisa dilihat manusia. Mereka juga diciptakan dari gelombang panas yang memiliki berbagai kelebihan dibandingkan badan manusia yang terbuat dari unsur-unsur tanah.
Pokoknya, Iblis merasa lebih super dibandingkan manusia, kenapa dia disuruh untuk tunduk kepada manusia. Dia memberontak. Maka sejak itulah lblis memilih peran antagonis terhadap manusia. lblis lantas memiliki berbagai keturunan dan pengikut setia yang disebut golongan setan. Pekerjaannya mengganggu manusia. agar tidak patuh kepada Allah. Agar mereka kafir terhadap Allah, sebagaimana lblis dan pengikut-pengikutnya
Maka Allah mengingatkan kepada manusia agar berhati-hati kepada Iblis dan pengikutnya. Dan agar manusia selalu berserah diri kepada Allah sepenuh ikhlas, supaya tidak bisa diganggu oleh setan.
"Iblis berkata: ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (Perbuatan ma'siat) di muka Bumi, dan pasti aku akan menyesatkan Mereka semuanya. “kecuali hamba-hamba.Engkau yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Al Hijr: 39-40)
Kecemburuan bangsa jin, khususnya setan semakin menjadi-jadi karena anak turun Adam dipilih sebagai khalifah di muka Bumi. Buktinya, Allah menunjuk para rasul dari bangsa manusia. Tidak pernah ada rasul dan nabi dari bangsa Jin. Justru bangsa jin harus belajar kepada bangsa manusia, dalam hal agama.
“Dan bahwasannya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin jin itu desak mendesak mengerumuninya.” (QS. Al-jin: 19)
Tapi, dari segi fitrahnya memang tidak logis, kalau bangsa jin yang dijadikan rasul, dan kemudian manusia harus belajar ke bangsa jin. Bagaimana itu bisa dilakukan? Bukankah manusia tidak bisa melihat jin ? Tentu, dari sisi ini saja, sudah logislah kalau jin yang 'ngalah' belajar kepada manusia. Toh,"kemuliaan di sisi Allah tidak ditentukan oleh kelebihan yang bersifat fisik, melainkan oleh ketakwaan dan ketaatannya kepada Allah. Sehingga, boleh jadi jin jauh lebih mulia daripada manusia, jika manusianya jahat, sedangkan jinnya saleh. Sebaliknya, manusia lebih mulia. daripada jin, jika manusianya saleh dan jinnya jahat.
Namun sebagai makhluk yang diberi kebebasan untuk memilih, Iblis yang juga jin itu, memilih peran antagonis. Ya, begitulah rupanya yang harus terjadi. Kalau tidak demikian, kehidupan ini barangkali menjadi 'tidak seru'.
Namun secara umum Allah menugasi jin untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana Dia firmankan berikut.
" .... dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah." (QS Adz-Dzariyat: 56)
Dan Ailah 'mengancam' mereka yang kafir dengan Neraka.
"Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut pengikut syaitan) semuanya." (QS. Al Hijr: 43)
Makhluk Ketiga: Manusia
Sebagaimana jin, manusia diciptakan Allah untuk beribadah kepadaNya. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih peran dalam drama kehidupan ini : apakah ingin menjadi penjahat (setan) ataukah ingin jadi orang baik.
Badan manusia terbuat dari unsur-unsur yang terdapat dalam tanah, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Secara umum badan manusia terbuat dari zat-zat biokimiawi. Karena bersifat material, maka badan manusia paling berat di antara makhluk Allah yang bernama malaikat dan jin. Kedua makhluk yang disebut terakhir itu badannya terbuat dari gelombang elektromagnetik, yang bersifat energial. Sedangkan manusia material.
Maka manusia hidup di langit yang paling rendah, yaitu langit pertama. Jin hidup di langit yang lebih tinggi, yaitu langit kedua. Sedangkan malaikat hidup di langit yang paling tinggi, yaitu langit ke tujuh. Selain itu, langit ketiga sampai dengan langit ke enam juga ditempati oleh arwah manusia yang sudah meninggal. Mereka menunggu terjadinya hari kiamat, untuk dibangkitkan dan hidup kembali menempati badan wadagnya.
Di langit pertama inilah manusia hidup di atas permukaan planet Bumi. Langit pertama ini juga disebut sebagai langit Dunia.
“Sesungguhrrya Kami telah menghiasi langit dunia ini dengan hiasan bintang bintang.” (QS. Shaaffaat: 6)
Jadi, langit yang berisi bintang-bintang itu adalah Langit Dunia alias Langit Pertama. Padahal, Allah menciptakan langit ini tujuh lapis. Jadi dimanakah letak langit kedua sampai ke tujuh? Hal ini akan saya sampaikan di lain kesempatan
“AIlah lah yang telah menciptakan tujuh jangit, dan Bumi pun seperti itu pula.” (QS. Thalaaq: 12)
Badan manusia, oleh Allah, 'diikat' di langit dunia. dengan mengunakan dimensi 3. Sedangkan, jin 'dipenjara' Allah di langit kedua yang berdimensi 4. Dan malaikat dibebaskan Allah di langit ke tujuh, dengan dimensi 9.
Selama hidupnya manusia akan terikat di langit dunia yang berdimensi 3. Mereka hidup dan mati, serta dibangkitkan lagi di permukaan Bumi, setelah terjadinya kiamat kecil : yaitu hancurnya Bumi dan seluruh kehidupan di dalamnya.
Makhluk Keempat dan kelima: Tumbuhan dan Binatang
Ketiga makhluk yang kita bahas terdahulu adalah makhluk hidup yang berakal. Sedangkan yang ke 4 dan ke 5 ini adalah makhluk hidup yang tidak berakal. Perbedaan yang mendasar itu menjadikan fungsi kedua kelompok tersebut sangat jauh berbeda.
Allah tidak 'membebani' Binatang dan Tumbuhan dengan agama. Mereka tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. Satu-satunya pilihan adalah taat kepada Allah. Mereka tidak bisa memberontak sebagaimana manusia dan jin yang punya akal dan nafsu.
Tetapi bukan berarti mereka tidak beribadah. Allah berulang kali menjelaskan di dalam Al Qur’an, bahwa langit, Bumi dan segala isinya bertasbih kepada Allah termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan.
“Tidakkah kamu tahu bahwasannya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di Bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS An Nuur: 41)
Sebagaimana manusia, badan binatang dan tumbuhan terbuat dari bahan biokimiawi yang berasal dari tanah. Maka, seperti manusia, pula, badan mereka 'terikat' di langit dunia. Karena memang, mereka diciptakan untuk melayani manusia. Mereka bukan subyek dalam drama kehidupan manusia. Mereka adalah obyek alias 'pelengkap penderita', sebagaimana telah dibahas di depan.
Tumbuhan dan binatang diciptakan Allah terlebih dahulu sebelum manusia dan jin. Tumbuhan dan binatang adalah perintis 'kemakmuran bumi'. Tumbuhan dibutuhkan untuk membangun mekanisme pembentukan oksigen yang menjadi syarat terjadinya kehidupan manusia. Lewat tumbuhan, Allah menyerap C02 dari udara dan berbagai zat di dalam tanah, untuk kemudian menghasilkan oksigen, sebagai hasil fotosintesis.
Ketika kadar oksigen di dalam atmosfer sudah memungkinkan, maka diciptakanlah binatang. Berbagai jenis binatang dan tumbuhan diciptakan secara simultan, dengan dimulai dari perairan.
"Dari air (Allah memulai) setiap yang hidup." (QS Al Anbiyaa’: 30)
"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS An Nuur: 45)
Dari perairan itu lantas Allah memindahkan kehidupan menuju daratan. Di antaranya ada yang berjalan dengan perutnya, misalnya ular dan berbagai jenis reptilia. Ada juga berjalan dengan dua kaki seperti unggas-unggasan. Atau ada juga yang dengan empat kaki, seperti jenis mamalia. Dan lain sebagainya.
Permulaan kehidupan di muka Bumi itu diperkirakan baru muncul jutaan tahun yang lalu. Padahal Bumi ini sudah berusia sekitar 5 miliar tahun. Selama miliaran tahun, Allah mempersiapkan kondisi Bumi. Mulai dari saat ia masih sangat panas, bagian dari nebula yang berpusar. Secara berangsur-angsur Bumi mulai mendingin dan memadat, siap untuk dihuni makhluk hidup.
Namun demikian, meskipun miliaran tahun dalam waktu manusia, Allah mengatakan itu hanyalah 2 hari di sisiNya.
“Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan Bumi dalam dua hari dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam.” (QS. Fushilat: 9)
Dan setelah semua fasilitas untuk kehidupan manusia tercukupi, maka Allah menciptakan ras manusia modern sekitar 50.000 tahun yang lalu. Jadi, relatif masih belum lama. Di era itulah diperkirakan Adam diciptakan Allah sebagai manusia pertama. Hingga, kini manusia di muka Bumi telah berjumlah lebih dari 5 miliar orang.
Makhluk keenam: Benda Mati
Untuk kelengkapan hidup manusia, Allah menciptakan segala macam benda di permukaan Bumi. Semuanya diperuntukkan manusia. Mulai dari berbagai macam tambang di dalam perut Bumi, bebatuan, gunung gunung, lautan, atmosfer, angin, hujan, petir, dan lain sebagainya.
Manusia sebagai khalifah di muka Bumi tidak perlu menciptakan kebutuhannya sendiri. Semua sudah disiapkan oleh Allah. Manusia tinggal mencari dan memproses sesuai dengan yang diinginkan. Itulah yang dikatakan Allah dalam ayat berikut ini.
"Dan tidak ada suatu binatang melatapun di Bumi melainkan Allah lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Huud: 6)
Allah meletakkan dasar keseimbangan di dalam segala ciptaanNya. Selama manusia mengelola Bumi dengan keseimbangan maka kehidupan manusia akan tercukupi sampai kapan pun. Akan tetapi jika dikelola dengan serampangan apalagi penuh keserakahan, maka Bumi ini pun akan mengalami kerusakan. Bahkan kehancurannya.
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena Perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dar (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS Ruum: 41)
Bahkan di ayat lain Allah mengatakan, kalau manusia sudah mempertuhankan hawa nafsunya, maka rusaklah langit dan Bumi beserta segala isinya.
“Andaikata kebenaran itu menurut hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan Bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggan itu.” (QS. Al-Mu’Minuun: 71)
Kemampuan manusia dalam mengendalikan hawa nafsunya menjadi faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan hidup, seorang manusia. Karena itu, Rasulullah mengatakan bahwa belum Islam seseorang sampai ia bisa menundukkan hawa nafsunya.
[Sumber: Cah Ngganteng]
Tidak ada komentar