Menelusuri Jejak Uzair
Allah mewafatkannya selama 100 tahun, kemudian menghidupkannya kembali.
Mungkin banyak umat Islam yang bertanya, ''Siapa sesungguhnya Uzair yang dimaksud?'' Seorang nabikah ia? Apa keistimewaannya dan bagaimana kisahnya di dalam Alquran?
Pertanyaan di atas sangat lumrah karena memang tak banyak penulis sejarah Islam yang menuliskan kisahnya. Bahkan, banyak ulama yang meragukan kenabian dan kerasulannya. Sebab, tak disebutkan secara jelas mengenai kenabian maupun kerasulannya itu. Namun, ada juga sekelompok ulama yang menganggapnya sebagai seorang nabi. Sebagaimana dalam hadis Rasulullah SAW, disebutkan jumlah nabi itu sebanyak 124 ribu orang dan jumlah rasul sebanyak 313 orang.
Lihat penjelasan nabi dan rasul ini dalam Aqidah al-Awwam karya Syekh Ahmad Marzuqy dan Nur azh-Zhalam syarh Aqidah al-Awwam karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawy al-Bantany.
Siapakah Uzair?
Orang Yahudi menganggap Uzair adalah anak tuhan sebagaimana orang Nasrani menganggap Isa. Orang-orang Yahudi berkata, "Uzair itu putra Allah" dan orang-orang Nasrani berkata, "Al Masih itu putra Allah."
“Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?''(QS. At-Taubah [9]: 30).
Adapun kisah lengkap Uzair disebutkan dalam Alquran surat Al-Baqarah [2]: 259.
Atau, apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Ia berkata, 'Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?' Maka, Allah mematikan orang itu selama 100 tahun kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, 'Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?' Ia menjawab, 'Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.' Allah berfirman, 'Sebenarnya kamu telah tinggal di sini 100 tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka, tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata, "Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.''
Al-Hafizh Abu Fida Imaduddin Ismail bin Asy-Syekh Abi Hafsh Syihabuddin Umar atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Katsir dalam tafsirnya di Qishash al-'Anbiyaa` menyatakan, para ulama berselisih pendapat tentang orang tersebut, apakah Uzair, Khidir, atau Armiya bin Khalqiya. Namun, banyak pula yang menyatakan bahwa Uzair bukan nabi.
Wa Allahu A'lam.
Ibnu Katsir menambahkan, pendapat yang masyhur menyatakan, Uzair adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah kepada Bani Israil. Ia hidup pada masa antara Daud dan Sulaiman juga antara Zakariya dan Yahya. Ketika itu, di tengah-tengah Bani Israil tak ada seorang pun yang hafal Taurat, lalu Allah memberi ilham padanya untuk menghafal Taurat dan mengajarkannya pada Bani Israil.
Mengenai nama lengkapnya, para ulama berselisih pendapat. Abu al-Qasim bin Asakir menyatakan, "Ia adalah Uzair bin Jarwah." Ada pula yang menyatakan, Ia adalah putranya Suraiq bin Iddiy bin Ayyub bin Darzana bin Uriy bin Taqiy bin Usbu bin Fanhash bin Al-Azir bin Harun bin Imran. Sebagian lainnya menyatakan, ia adalah Uzair bin Sarukha.
Disebutkan dalam sebuah Atsar bahwa kuburnya berada di Damaskus. Baitul Muqaddas Dikisahkan, pada suatu hari Uzair sedang melintas di sebuah negeri yang porak-poranda. Pendapat yang masyhur mengatakan, negeri yang dilintasi itu adalah Baitul Muqaddas, Palestina. Ia melintasinya setelah negeri itu dulunya dihancurkan oleh Bukhtunnashir. Penduduknya juga terbunuh sehingga negeri itu tampak sepi. Uzair melintasi bangunan-bangunan yang telah roboh. Ia berhenti sambil merenungkan mengapa kondisi itu bisa terjadi, padahal sebelumnya ramai. "Bagaimana Allah akan menghidupkan kampung ini setelah ia mati?" Hal itu diucapkannya setelah ia melihat kehancuran kampung yang dahsyat.
Kemudian Allah mematikannya selama 100 tahun, lalu Allah menghidupkannya kembali. Pertama adalah matanya agar ia bisa melihat, berikutnya adalah anggota badannya. Ketika ia terbangun, Allah bertanya kepadanya melalui perantara malaikat. "Berapa lama kamu tinggal?" Ia menjawab, "Satu atau setengah hari." Karena ketika ia merasa tertidur, waktunya siang hari dan ketika bangkit juga pada siang hari.
Lalu Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu telah tinggal di sini selama 100 tahun. Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali; kemudian Kami membalutnya dengan daging."Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) Ia pun berkata, "Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.'' (QS Al-Baqarah [2]: 259).
Kembali ke kampung
Setelah yakin akan kekuasaan Allah itu, Uzair kembali ke kampung dengan menaiki keledainya. Ia menyaksikan kampung itu sudah banyak diisi oleh manusia. Ketika melewati orang-orang, ternyata mereka tidak mengenalinya lagi. Ia pun mendatangi rumahnya dan di sana ada seorang wanita buta yang berusia sekitar 120 tahun. Sebagaimana dikisahkan Ibnu Katsir, saat Uzair meninggalkan kaumnya, wanita itu berusia 20 tahun dan sebelumnya mengenal Uzair dengan baik. "Wahai Ibu, apakah ini rumah Uzair?" tanyanya. Wanita itu membenarkannya dan menangis. Sebab, selama 100 tahun tak ada orang yang menyebut nama tersebut. Uzair pun memperkenalkan dirinya dan menceritakan tentang kematiannya selama 100 tahun. Wanita itu tak mempercayainya begitu saja. Uzair adalah seseorang yang mustajab doanya. Dan, ia senantiasa mendoakan orang yang sakit dan tertimpa musibah untuk diberikan kesehatan dan kesembuhan. "Berdoalah kepada Allah agar mengembalikan penglihatanku, sehingga aku bisa mengenalimu." Uzair berdoa untuk kesembuhan wanita itu. Ia kemudian mengusapkan kedua tangannya ke mata perempuan tua itu. Atas izin Allah, wanita itu pun sembuh dan bisa mengenali Uzair. Wanita itu kemudian mendatangi orang-orang Bani Israil dan mengatakan bahwa Uzair telah kembali. Namun, Bani Israil itu tak langsung mempercayainya. Setelah wanita itu bersaksi siapa dirinya, dengan serta-merta orang Yahudi itu mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allah. Anaknya pun mengenali Uzair dari tanda hitam yang ada di antara kedua pundaknya. Mereka pun akhirnya meminta Uzair untuk membacakan kitab Taurat sebab di antara mereka sudah tidak ada lagi yang paham tentang kitab Taurat, karena telah dibakar oleh Bukhtunnashir.
Sarukha, ayah Uzair, pernah menyembunyikan sebuah kitab Taurat di salah satu tempat dan hanya Uzair yang tahu tempat itu. Maka, ia pun menggalinya dan mengeluarkan Taurat dari dalam tanah. Uzair kemudian merenungi isi Taurat yang telah diingatnya dan orang-orang Bani Israil memperhatikannya. Allah kemudian mengilhamkan padanya isi Taurat dan ia menyampaikan isinya kepada Bani Israil. Sejak saat itulah, oleh Bani Israil (Yahudi), Uzair dipanggil dengan putra tuhan.
Menurut Ibnu Asakir yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Abdullah Ibnu Salam bertanya padanya dan menanyakan panggilan Uzair putra tuhan itu. Ibnu Salam menjelaskan, "Ketika Uzair menulis Taurat dari hafalannya, Bani Israil berkata, 'Dulu Musa hanya bisa memberikan Taurat kepada kita dengan tulisannya, tetapi Uzair memberikan Taurat kepada kita tanpa tulisan (kitab)'." Maka, sekelompok orang mengatakan Uzair putra tuhan sebagaimana dijelaskan dalam surat At-Taubah [9]: 30.
Para ulama mengatakan, turun-temurunnya kitab Taurat terputus hingga masa Uzair. Menurut Ishaq bin Bisyr, pada masanya terdapat sembilan kejadian besar, yakni Bukhtunnashir, kebun Shan'a, kebun Saba, Ashab al-Ukhduud, Hashur, Ashab al-Kahfi, Ashab al-Fiil, kota Anthakiyah, dan kejadian kaum Tubba penyembah berhala.
Uzair, sang Prophet Ezra
Menurut situs wikipedia, makamnya terletak di Busra, Syam (Suriah, sekarang). Sementara itu, menurut situs jafariyanews.com, makamnya terletak di Irak. Di daratan sungai Tigris, terdapat makamnya. Sedangkan situs gotquestion.org melaporkan, Uzair oleh dunia Barat dipanggil dengan nama prophet Ezra.
Sebuah buku yang menceritakan kisahnya ditulis selama lebih kurang satu abad sejak 538 SM dan baru selesai tahun 460-440 SM. Wa Allahu A'lam.
Uzair dalam Tradisi Yahudi
Para ahli Barat berbeda pendapat mengenai Uzair ini. Ada yang mengatakan, mereka adalah seorang nabi yang diutus kepada Bani Israil. Namun, ada pula yang menyebutkan ia hanya orang biasa yang memiliki keistimewaan. Joan Mary Winn Leith dalam The Oxford History of the Biblical World , kisah Uzair (Ezra) telah disempurnakan dalam kitab suci berdasarkan kisah pengalaman keagamaannya. Sedangkan Gosta W Ahlstrom menjelaskan, terdapat inkonsistensi dalam tradisi Yahudi yang menyebutkan Uzair sebagai ayah dari orang-orang Yudaisme (Yahudi). Menurutnya, apa yang dilakukan Uzair sama seperti yang dikerjakan Musa sebagai seorang pemimpin. Uzair mengajarkan Taurat kepada sekitar 5000 orang Bani Israil. Mereka yang berselisih paham mengenai raja yang menghancurkan negeri tersebut. Apakah Artahsasta I (465-424 SM) atau Artahsasta II (404-359 SM). Sebagian besar sarjana Barat mengatakan, ia hidup pada masa pemerintahan Artahsasta I.
[Sumber: wikipedia Rubrik Situs Oleh Syahruddin El-Fikri | Koran Republika Online]
Tidak ada komentar