Bukti Kepalsuan Silsilah Yesus
Tidak usah 'sinau' sampai mendapat gelar akademis 'master of degree' sekalipun, setiap orang pasti sudah sama-sama faham bahwa yang namanya SILSILAH artinya adalah garis keturunan (berdasar hubungan darah) dari seseorang ke atas; terhadap ayah, kakek, sampai nenek moyangnya, dan ke bawah terhadap anak, cucu, sampai ke cicit buyutnya.
Dalam menggambarkan sislisilah ini, ada dua garis keturunan yang umumnya didokumentasikan orang, yaitu (1) mengikuti garis keturunan ayahnya dan (2) mengikuti garis keturunan ibunya.
Adapun dalam tradisi patriakat (di dunia mungkin Indonesia adalah satu-satunya negara yang masih memiliki tradisi matriakat dan relatif masih eksis, berdasarkan adat-sitiadat masyarakat Minangkabau), biasanya orang lebih mengedepankan silsilah menurut garis keturunan ayahnya.
Sampai di sini, mari kita "intip" juga salahsatu dari banyak sekali yang aneh-aneh dalam alkitab -- khususnya dalam injil-injil kanon -- yaitu silsilah Yesus!
Jika dikaitkan dengan "status Yesus" sebagai anak Allah (yang menurut teori Pdt. Esra Soru, atinya cuma beda-beda tipis dengan "status anak monyet" ciptaannya), maka baru dimulai dari kata "silsilah Yesus" saja, sebetulnya segalanya sudah salah kaprah!
Konon pula diteruskan dengan mengaitkan garis keturunan dan hubungan darahnya kepada Yusuf yang menurut 'kabar baik' dari injil sendiri, sepanjang hayatnya cuma berperan sebagai 'ayah asuh' bagi Yesus!
Kenapa saya anggap salah kaprah?
Karena menurut hemat saya yang sama sekali tidak mengerti apa-apa perkara disiplin ilmu Genealogi pun bisa melihat jelas bahwa bicara tentang silsilah Yesus, maka jika harus disusun berdasarkan tradisi patriakat, seharusnya cukup dibuatkan satu garis lurus saja ke atas (tanpa perantara nama-nama lain) yang langsung terhubung kepada Allah!
Kenapa harus demikian?
Lha? Bukankah menurut iman Kristen sendiri Yesus adalah anak Allah?
Atau jika dipaksakan juga memasukkan nama-nama ayah, kakek, mbah buyut dlsb di atas nama Yesus, maka karena Yesus dianggap sebagai Anak Allah, ujungnya juga harus sampai kepada Allah sebagai satu-satunya nenek moyang mereka bersama.
Artinya, nama orang-orang yang ditaruh di atas nama Yesus dalam garis silsilah itu juga harus diakui juga sebagai sesama 'keturunan' Allah!
Tapi jika itu dianggap 'ngawur', dan memang sejatine ngawur tenan!, sebab kita semua tahu bahwa Yesus lahir bukan sebagai hasil proses reproduksi biologis sepasang suami isteri, maka yang tinggal dan seharusnya dibuat dan diterima sebagai silsilah yang benar untuk Yesus adalah berdasarkan garis keturunan ibunya.
Dengan demikian, apa pun bentuk dolah-dalih umat kristen yang menganggap silsilah Yesus tersambung ke atas melalui Yusuf merupakan sebuah keniscayaan, jelas tidak dapat diterima, terutama oleh disiplin ilmu genealogi yang melahirkan pengetahuan tentang silsilah itu sendiri!
Oleh karena itu pula, apa pun alasannya, maka silsilah Yesus melalui Yususf patut dinyatakan TERTOLAK demi ilmu pengetahuan dan martabat akal budi seluruh umat manusia!
Adapun tentang silsilah Yesus menurut garis keturunan ibundanya -- yang juga dibuatkan menurut versi injil seperti di bawah ini -- silahkan saja dicermati sendiri, dan seandainya dianggap menyalahi kaidah-kaidah ilmu tentang "silsilah" dari perspektif mana pun juga, maka tentu tidak ada salahnya jika dipertanyakan, atau bahkan diperdebatkan, dengan mereka yang senantiasa bertegang tengkuk menyatakan bahwa "silsilah Tuhan" mereka, Yesus, yang tertulis dalam injil sudah benar adanya!
Monggo, silahken saja.
Tapi inilah yang lebih dulu harus difahami dengan benar.
Disinformasi Silsilah Yesus
[Lukas 1:5] “Pada jaman Herodes, Raja Yudea ada seorang Imam bernama Zakharia dari rombongan Abia. Istrinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elizabet
Ini berarti, Elizabet adalah wanita keturunan Harun dan menikah dengan Zakharia yang juga keturunan Harun. Maria adalah kerabat Elizabet (Lukas 1: 36).
[Lukas 1: 36] Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
Oleh karena itu, Maria (dan Yesus, putranya) adalah juga berasal dari suku yang sama, yakni suku Lewi.
Berkontradiksi dengan itu adalah, Lukas 1: 32, Ibrani 7:14, dan Lukas 1-3 menunjukkan bahwa Maria itu suku Yehuda.
[Lukas 1: 32] Ia akan menjadi besar dan akan disebut Sang Anak yang datang dari Allah Yang Mahatinggi. Allah, Tuhan kita, akan memberikan kepada-Nya takhta Daud, nenek moyang-Nya.
[Ibrani 7: 14] Sudah sangat jelas bahwa Junjungan kita yang hakikatnya Ilahi itu berasal dari suku Yehuda, sedangkan tentang suku ini Musa tidak pernah mengatakan sesuatu pun mengenai imam-imam.
Yang Sebenarnya
Maria bersuku Yahudi mengikuti kesukuan ayahnya yang Yahudi, bukan mengikuti kesukuan ibunya yang Lewi. Sebab, masyarakat Ibrani kuno itu patrilineal, yaitu: menarik garis keturunan dari pihak ayah.
Tentang kesukuan Maria yang mengikuti kesukuan ayah (patrilineal) itu tercakup dalam ayat Ibrani 7:14 yang menyatakan bahwa YesusAl-Masih bersuku Yehuda/Yahudi dan juga dalam Lukas 1: 32 yang menyatakan bahwa Yesusitu keturunan Daud serta disiratkan sepanjang Lukas 1-3.
[Ibrani 7: 14] Sudah sangat jelas bahwa Junjungan kita yang hakikatnya Ilahi itu berasal dari suku Yehuda, sedangkan tentang suku ini Musa tidak pernah mengatakan sesuatu pun mengenai imam-imam.
[Lukas 1: 32] Ia akan menjadi besar dan akan disebut Sang Anak yang datang dari Allah Yang Mahatinggi. Allah, Tuhan kita, akan memberikan kepada-Nya takhta Daud, nenek moyang-Nya.
Kekerabatan Maria dan Elisabet itu dari pihak ibu Maria dan dengan orangtua Elisabet. Ibu Elisabet bukan pemegang pusaka keluarga penerus klan, ditandai dengan dapat menikah dengan orang di luar sukunya. Maka, Maria tidak meneruskan klan ibunya yang Lewi, melainkan meneruskan klan bapaknya yang Yehuda/Yahudi.
Kenapa? Kembali lagi ke awal: sebab masyarakat Ibrani kuno itu patrilineal, yaitu menarik garis keturunan dari pihak ayah.
Kekerabatan Maria-Elisabet
Maria meneruskan klan Daud dari ayahnya yang bersuku Yahudi, bukan klan ibunya dari klan yang bersuku Lewi.
Jangan lupa, orang Majus mencari Yesus, raja Yahudi yang baru lahir, bukan raja Lewi.
[Matius 2:2] dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
Teknik produksi disinformasi
Disinformasi tersebut diproduksi dengan cara mengabaikan latar belakang sosial budaya, tempat, dan waktu; dan teknik ini sangat cocok untuk mempengaruhi sasaran yang nol hingga minim pengetahuan tentang masyarakat Ibrani kuno.
Kesimpulan
Maria meneruskan silsilah klan bapaknya yang Yahudi, bukan meneruskan sisilah ibunya yang Lewi, sebab masyarakat Ibrani kuno itu patrilineal dan ibu Maria bukan pemegang pusaka keluarga penerus klan.
Teknik produksi disinformasi: mengabaikan konteks latar sosial, tempat, dan waktu.
[Sumber: natal25desember]
Baca juga:
Tidak ada komentar