Cerita Fantasi Model "Resident Evil" Versi Matius
Buka KITAB MATIUS 27 dan baca yang berikut ini:
[50] Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
[51] Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
[52] dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.
[53] Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.
[54] Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
Kisah yang luar biasa menakjubkan, bukan?
Tapi apakah anda tidak melihat adanya problem besar di sini?
Mari kita pertegas lagi, sebenarnya PROBLEM kita itu apa sih?
Matius 27 menceritakan bla, bla, bla .... sampe saatnya kuburan terbelah dan mayat-mayat orang suci bangkit dari kuburnya (tapi tidak menjadi hidup, alias tetap mati namun bangkit dari kubur seperti zombie), lalu mereka ini berbondong-bondong berjalan menuju kota Kudus (bukan kota yang di Pulau Jawa lho!), tapi Jerusalem maksudnya.
Menurut Matius, pasca kematian Yesus terjadilah beberapa peristiwa ajaib, berawal dari terbelahnya kuil, disusul gempa bumi, terbelahnya bukit-bukit batu, dan tiba-tiba saja kuburan tempat bersemayam orang-orang kudus terbuka, dan terjadilah penampakkan menyeramkan saat mayat mereka bangkit dari kubur masing-masing lalu berjalan berombongan dari kuburan mereka menuju kota Yerusalem, dan disaksikan oleh penduduk dan tentara Romawi.
Dongeng Injil tsb hanya dapat diciptakan oleh gereja dan diimani berdasarkan ketakhayulan umat Kristen, karena pada faktanya tidak mendapat dukungan dari sumber-sumber sejarah sekuler (non-biblikal).
Cobalah bayangkan sendiri jika kuburan di TMP Kalibata Jakarta misalnya, tiba-tiba saja merekah terbuka, lalu tengkorak-tengkorak dari dalam kubur yang tak terhitung banyaknya itu keluar dari kuburan mereka masing-masing, kemudian dengan hanya mengenakan kain kafan yang sudah compang camping mereka pun berbondong-bondong berjalan menuju Stasiun Gambir disaksikan oleh seluruh penduduk kota. Pastilah peristiwa ini akan menjadi bahan berita yang luar biasa hebohnya! Berbagai media, baik cetak maupun elektronik, pasti mencatat dan meliput peristiwa tersebut secara besar-besaran sehingga sudah pasti pula akan menyebabkan peristiwa "mega horror" itu menjadi bahan perbincangan penduduk kota Jakarta yang tidak akan ada habisnya.
Peristiwa sedahsyat dan seheboh itu mustahil tidak akan dicatat orang, apalagi oleh sejarawan Indonesia yang tinggal di Jakarta!
Tapi faktanya, tidak ada satu sejarawan pun yang hidup pada jaman kematian Yesus itu mencatatnya.
Ini jelas menunjukan bahwa kisah-kisah takhayul omong kosong dari ajaran Kristen ini tidak didukung oleh catatan sejarawan Romawi, Yahudi, maupun sejarawan yang tinggal di Palestina kala itu. Dan hal ini memudahkan kita untuk menarik kesimpulan bahwa cerita Injil Matius ini tak lebih dari sebuah dongeng yang dibuat-buat oleh para bapa gereja dan kroninya.
Ini jelas menunjukan bahwa kisah-kisah takhayul omong kosong dari ajaran Kristen ini tidak didukung oleh catatan sejarawan Romawi, Yahudi, maupun sejarawan yang tinggal di Palestina kala itu. Dan hal ini memudahkan kita untuk menarik kesimpulan bahwa cerita Injil Matius ini tak lebih dari sebuah dongeng yang dibuat-buat oleh para bapa gereja dan kroninya.
"Mengenai kegoncangan dan "kegelapan menyelimuti seluruh bumi" tidak ada seorangpun sejarawan yang mencatat peristiwa tsb." [Deceptions & Myths of the Bible, Lloyd Graham hal. 349]
"Cerita mengenai gempa bumi, kenaikan lapisan bebatuan, terbukanya kuburan-kuburan, dan penampakkan orang mati, hanya dinyatakan dalam Injil Matius yang ditulis hampir delapan puluh tahun setelah peristiwa tsb, sehingga tidak dapat dipastikan keautentikannya. Tentu saja tidak ada alasan mengapa satu gempa bumi seharusnya tidak terjadi pada hari itu, tetapi jika itu benar-benar telah terjadi ditempat tsb, hampir tidak dapat dibayangkan bahwa tidak ada dari tiga Injil-injil yang lebih awal menyebutkan peristiwa tsb." [The Paganism in Our Christianity, Arthur Weigall, 1928, hal. 62][1]
Yang seperti ini anda percaya sebagai kebenaran suci Matius -- atau entah siapa nama sebenarnya -- yang seenaknya saja menulisi dongeng-dongeng aneh ke dalam sebuah kitab kanonik yang kemudian mereka beri nama Kitab Matius?
[Sumber: Islam Menjawab Fitnah]
CATATAN
[1] Perhatikan kemiripan cerita tsb dengan peristiwa yang terjadi pasca kematian Budha Sidharta Gautama.
Injil Matius 27: 50-54 menceritakan seperti di atas, sementara Injil Lukas 23: 44-45 menulis:
“Adalah kira kira pukul duabelas tengah hari gelaplah seluruh tanah itu hingga pukul tiga petang. Maka cahaya matahari pun hilanglah; dan tirai Bait Allah cariklah terbelah dua Maka berserulah Yesus dengan suara besar, ke dalam tanganMu Aku serahkan Rohku. Setelah dikatakannya demikian, maka putuslah nyawanya”.
Ada kemiripan saat saat kematian Budha (yang lahir pada 547 sebelum masehi, terlepas dari apakah paham Hinayana ataukah Mahayana) dengan saat saat kematian Yesus. Disebutkan saat saat Budha (yang inkarnasi Tuhan itu wafat), terjadilah gempa bumi, meteor berjatuhan, gerhana matahari dengan suara guntur bersahutan di langit [Th. J. Plange: Christus ein Inder? hal. 206].
Ingin tahu seberapa mirip kisah-kisah Yesus dengan kisah Sang Budha lainnya? Baca sampai tuntas di sini.
Tidak ada komentar